Jika abad 17 dan 18 Filsafat Barat didominir 3 aliran besar: rasionalisme, empirisme, dan idealisme, maka pada abad 19 dan 20 ini aliran-aliran baru bermunculan. Beberapa aliran tersebut antara lain sebagai berikut.
POSITIVISME Tokohnya August Comte. Menurutnya pemikiran manusia, pemikiran dalam ilmu, dan pemikiran suku bangsa manusia itu melewati 3 tahap: teologis, metafisi, positif-ilmiah.
Bocah-bocah dan suku primitif > butuh dewa-dewa untuk menenangkan gejaIa-gejala.
Remaja dan suku yang mulai tidak primitif> sudah tak butuh dewa, tapi prinsip yang abstrak-metafisi untuk menerangkan fenomena.
Orang dewasa dan manusia modem > hanya pakai metode positif-ilmiah. Positivisme (lawannya khayalan metafisis) populer di lnggris : oleh J. Stuart Mill dan H. Spencer. Abad 20 faham ini diperbarui oleh ‘lingkaran Wina’ sebagai neopositivisme.
MARXISME Filsafat tidak boleh hanya memberi interpretasi saja, tapi harus merumuskan ideologi yang dapat mengubah dunia. Hakikat sesuatu adalah materi, yang berkembang melalui proses tesa-antitesa-sintesa.
Beberapa konsep penting filsafat Marxis adalah ‘Materialisme dealektis’, ‘materialisme historis’, komunis. Tokoh: Karl Marx dan F. Engeis.
EKSITENSIALISME Filsafat harus berpangkal pada eksistensi manusia yang kongkrit (aku, kamu, dia), tidak pada esensi manusia pada umumnya. Manusia pada umumnya itu tak ada, abstrak. Yang ada itu ya orang ini dan orang itu. Jadi, esensi seseorang ditentukan oIeh selama eksistensinya (keberadaannya) di dunia. Tidak Iebih.
Tokoh: F. Nietzsche, S. Kierkegaard, K. Jespers, Heidegger, Sartre.
FENOMENOLOGI Fenomen (gejala) dan kenyataan harus dikenali dengan intusisi, bukan dengan argumen, konsep atau teori. Fenomenologi adalah metode filsafat, bukan ajaran filsafat. Banyak berhasil dalam bidang epistemologi, psikologi, antropologi, studi agama, dan etika.
Caranya: gejala yang diamati diabstaksir (dilepas sifat-sifat yang tak hakiki), maka gejala itu akan ‘berbicara’ sendiri, dan bahasa itu kita mengerti berkat intuisi.
Biarkan kenyataan itu ‘bicara’ sendiri jangan memaksakan teori tertentu untuk mengenalinya. Toh ia punya hakikat sendiri-sendiri, Gunakan intuisi untuk menangkap hakikatnya. Tokoh: F. Husserl, M. Scheler.
PRAGMATISME Lahir dan terutama berkembang di AS tahun 1900. Sesuatu dianggap benar dan baik itu tergantung manfaatnya. Kalau ada gunanya, benarlah itu, kalau tidak ada gunanya salah dan buruk. Ide-ide tidak bersifat benar atau salah, melainkan dibenarkan atau disalahkan oleh tindakan tertentu. Sepeti kita mengenal pohon dan buah-buahnya, demikian pula kita mengenal suatu
konsep dan konsekuensinya. Kalau konsekuensi itu baik, maka teori atau konsep itu baik, karena itu berguna. Terhadap sesuatu tidak perlu ditanyakan ‘apa itu’,
melainkan ‘apa gunanya’ atau untuk apa’. Tokoh: W. James (1842-1920), J. Dewey (1859-1914)..
NEO-KANTIANISMC DAN NEO-TOMISMC Beberapa aliran filsafat periode terdahulu lahir kembali, yaitu skolastik, filsafat Kant, dan filsafat Hegel. Yang terpenting adalah Neo-Kantianisme dan Neo-Tomisme.
Neo-Kantianisme berkembang di Jerman. Dalam aliran ini filsafat dianggap sebagai epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan. Tokohnya E. Cassirer (1874- 1945), Hegel. Rickert (1863-1936), dan H. Vaihinger (1852-1933).
Neo-Tomisme berkembang di negara-negara Katolik Eropa dan Amerika. Mula-mula konservativ, tetapi berkat pengaruh filsafat Kant, dengan eksistensialisme dan ilmu pengetahuan modern menjadi aliran penting dan berpengaruh.
Tokohnya J. Marechal S.J (1872-1944), A. Sertilianges (1863-1948), dan J. Maritain (1882-1973).
FILSAFAT ANALITIS (ANALITIC PHILOSOPHY, LINGUAGE PHILOSOPHY) Berkembang di Inggris dan AS. Menurutnya tugas filsafat adalah menyelidiki ‘language game’, menunjukkan aturannya, menetapkan logikanya dsb.
Masalah-masalah flisafat, teologi dan sains sering timbul karena penggunaan bahasa yang tak benar (rumit, bertele-teel dsb). Dengan analisa bahasa dapat ditunjukkan semua itu karena penggunaan bahasa yang tak sehat.
Tokoh: L. Wittgenstein (1889-1951).
STRUKTURALISME Setiap hal tensusun oleh ‘pola-pola dasar yang tetap’ (pattern). Filsafat menyelidiki ‘pattern’ itu, meliputi filsafat, gejala agama, psikiatri, politikologi, budaya, dan seni. Tokoh : Levi – strauss, J. Lacan, M. Foucault.